10/20/2008

LOMBA LUKIS ANAK,AJANG BERKREASI ATAU EKSPLORASI ANAK



Dunia anak adalah dunia yang sangat menyenangkan,dunia yang penuh dengan bermain dan bermain.salah satu dari kegemaran anak adalah menggambar.Menggambar atau melukis bagi seorang anak adalah medium komunikasi untuk menarasikan kehendak visual pribadi terhadap apa yang dilihat, didengar dan dirasakannya. Menggambar bagi seorang anak manusia adalah medium angan-angan yang digelar bersama imajinasinya untuk berkomunikasi kepada siapa pun. Baik kepada ayah, ibu, kakak, adik, saudara, kakek, nenek, ataupun kepada guru dan teman-temannya.Menggambar atau melukis merupakan aktivitas yang menyenangkan di antara bentuk-bentuk permainan anak-anak yang lain.hal itu agaknya dapat menjadi sebuah kenangan apabila aktifitas menggambar dijadikan sebuah ajang gengsi manakala didepan kata menggambar ditambah imbuhan ‘lomba’ maka jadilah kegiatan lomba menggambar sebagai ajang yang prestisius untuk memuaskan gengsi orang tua yang menginginkan anaknya untuk dapat menjadi seorang jawara dari setiap lomba menggambar yang diikutinya. problem mendasar dari rusaknya lomba lukis anak adalah karena peran orang tua yang telah bergeser perspektif pandangnya terhadap lomba ini. Lomba lukis seperti menjadi ajang pembuktian bagi keberhasilan orang tua dalam memasukan anak-anaknya ke sanggar. Kalau kalah, apa gunanya masuk sanggar. Gagal dong, begitu kira-kira. Dan tentu saja sikap orang tua yang mulai mananamkan mental menang saja, bukan mental siap kalah pada anak-anaknya sehingga ketika mereka gagal menang, jurilah yang menjadi sasarannya. Bagi sebagian mereka pun, anak telah menjadi kuda pacu untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah lewat (menjuarai) lomba lukis. . . Secara umum, peserta lomba yang terjebak dalam industri lomba lukis, hasil akhir karyanya terlihat menggunakan metodologi visual kreatif yang sama. Misalnya, setiap kali menggambar harus dimulai dengan sketsa pensil pada obyek yang akan digambar. Tahap berikutnya, sketsa pensil yang membentuk beragam obyek tersebut dipertegas dengan spidol hitam (biasanya spidol white board dengan beragam merek). Tetapi ada pula yang menggunakan metode jalan pintas. Tentu alasannya untuk menyingkat waktu dan cepat selesai.Membuat sketsa obyek langsung menggunakan spidol warna hitam. Obyek yang sudah diberi outline dengan spidol selanjutnya diisi dengan warna-warna cerah dari pastel oil yang disusun dengan pendekatan gradasi dari gelap ke warna terang atau sebaliknya. Setelah semua bidang gambar penuh dengan obyek manusia, tumbuhan, binatang dan ikon alam benda lainnya, karya tersebut disapu dengan tinta cina sebagai warna pengunci.Tahap akhir, karya lukis tersebut disemprot dengan cairan bening ( pilox clear) agar tampak mengkilat atau glossy. Ujung-ujungnya, karya tersebut secara visual berbentuk ilustrasi atau desain dekoratif, bukan sebuah gambar yang dikerjakan oleh seorang anak peserta lomba lukis.Di balik niat luhur lomba menggambar atau melukis sebagai alat picu pencari bibit unggul pelukis cilik, atau mendorong apresiasi seni anak melalui lukisan, tetapi apabila diikuti dengan iming-iming hadiah yang cukup menggiurkan, maka aktivitas tersebut cenderung memaksa ekspresi dan suatu sikap yang tidak menghargai sebuah ekspresi seni. Dalam aktivitas seperti itu, pemenangnya lebih bersifat pilihan sesuai selera juri.Kenyataannya sekarang, di mana ada lomba, di situ muncul juara satu, dua, tiga dan beberapa pemenang harapan. Penobatan jawara seperti itu, sangat relatif obyektivitasnya. Mereka yang menjadi pemenang, barangkali hanya prototype juri. Lebih memalukan lagi jika juri yang dipilih bersifat tetap dalam setiap event yang diselenggarakan. Dampaknya, sang pemenang hanya didominasi oleh nama-nama atau anggota sanggar tertentu saja.Berdasarkan itulah, maka tidak selayaknya seseorang menghakimi karya seni dengan predikat baik buruk. Karena karya seni adalah ekspresi berdasarkan perasaan dan pengalaman lahir batin individu kreatornya. Selain itu tingkat relativitasnya sangat tinggi. Artinya, yang baik bagi seseorang belum tentu sempurna bagi orang lain. Maka sesuatu yang disebut-sebut nomor satu oleh tim juri, bila dewan juri itu diganti, siapa yang mampu menjamin bahwa yang nomor satu tadi tetap akan nomor wahid.Komposisi tim juri sangat mempengaruhi. Faktor lain yang cukup signifikan adalah masalah situasi, waktu atau zaman. Contohnya, ketepatan gambar sesuai dengan cerapan mata pada suatu ketika dihargai. Tetapi setelah Sigmund Freud menyatakan bahwa ekspresi itu penting, maka lukisan-lukisan fotografis mulai kehilangan massa pendukungnya.Ada lagi unsur lain, tim juri diduga kurang menyesuaikan diri terhadap perkembangan berbagai macam wacana seni rupa. Jika yang dinilai itu karya seni anak-anak, mana yang lebih diutamakan. Keberaniannya, ekspresinya, kreativitasnya, kemiripannya, komposisi warnanya, ataukah yang lain?Yang sering terjadi, setelah karya nomor satu, dua, tiga, dan harapan, diumumkan. Jejak gambar hasil karya pemenang ditunjukkan, lalu opini masyarakat pun terbentuk terkait dengan karya pemenang.Terhadap hal semacam itu, biasanya masyarakat sangat toleran terhadap rekomendasi para pakar. Maka khalayak pun percaya dengan sepenuh hati bahwa pendapat pakar dan intelektual seni itu adalah benar-benar baik. Dengan begitu, apresian telah kehilangan kemampuan untuk berpendapat. Fenomena seperti itulah yang akhir-akhir ini menggejala di dalam lingkup penyelenggaraan lomba dan penjurian lomba menggambar atau melukis.(dikutip dari beberapa sumber)

10/17/2008

STILL LIFE DRAWING


Gesture drawing is many things: a way to "see", a technique of drawing, an exercise, a defined "scribble", and a finished style. In the sequences of pages that follow, gesture drawing will be demonstrated in many of its facets.
What Is Gesture Drawing?
Basiclly, it is a method of training hands to quickly sketch what the brain has already seen. Staying "focused" means sustained concentration. Once you start drawing, don't stop--there's only 10-30 seconds to finish! As you proceed in skill development, drawings should be "grouped" with overlapped shapes and time extended up to 2 minutes. This is still life drawing practice.
Steps to Success
1. FOCUS and OBSERVATION
constantly. The eye, a wonderful camera estimates proportions,compotition contours, movement, and contrasts quickly. Determine contours first,interior shapes and shadows.
2. DRAWING SKECTH
for the 1st "layer" as a rough draft; darker for the 2nd drawing corrections right over the 1st layer adding contrast; then, the darkest 3rd layer with deep shadows and final contours.
3. DRAW QUICKLY
The entire image is viewed in a blink. Make the pencil follow content flashed to the brain. Keep the pencil/pen in constant circular and linear motion. Catch the form, not the details.
4. CONSTANT MOVEMENT
is a necessity. Quick, light drawing makes for easy clarifications in succeeding layers. Move eyes with quick returns without moving the head. Accuracy takes patience, perseverance and lots of practice.
5. TIMED DRAWINGS
from 10-30 seconds for skill practices of single shapes and 1-2 minutes for grouping objects together. It's a challenge only in the beginning.
6. NO ERASING
Step 2 is the key. Gesture drawing's purpose is to develop visual skills which will affect expertise. Erasing breaks focus and wastes time.
focus on a still life object selected and complete a series of, whole page, still life drawings using the following medias:
a) 4B pencil (5 mins)
b) 2B pencil
c) Eraser
d) Paper drawing
e) Here are 4 examples of gesture drawings using different media.
f) Water colur
g) Oil colour

BERKREASI UNIK DENGAN MENGGUNAKAN ROTI TAWAR



beberapa karya siswa SMP tunas bangsa dengan bahan clay dari roti tawar

Senin jam 10an seperti biasanya kelas 9 belajar pelajaran seni rupa,liliani ,cla,wina,yinvill,Stephanie,reza begitu semangat mengikuti pelajaran,ya. . . memang pelajaran hari ini adalah merupakan materi baru bagi mereka semua setelah sekian lama mereka disibukkan menyelesaikan project melukis diatas kanvas,hari itu masing masing siswa membawa roti tawar,jeruk nipis,minyak goreng,cat poster,cat tembok dan beberapa peralatan lainnya.mereka semua hari itu tidak untuk memasak tetapi mereka akan membuat benda hias atau atau souvenir dengan menggunakan clay.clay banyak kita jumpai dan peroleh dengan mudah dijawa,tetapi untuk memperolehnya dikota Pontianak sangatlah susah, setelah berkonsultasi dengan teman dan mencari cari informasi tentang cara cara pembuatan clay akhirnya saya menemukan cara membuat clay yang sangat simple dan gampang dipraktekkan yaitu membuat clay dari roti tawar.adapun cara membuatnya adalah :

Bahan :
1.roti tawar
2.cat acrilic atau cat tembok
3.lem fox atau lem kayu
4.jeruk nipis
5.minyak goreng
6.cat poster
7.cat semprot clear
Alat :
1.manguk plastic/kaca
2.sendok
3.kuas
4.pisau cater
5.botol
6.plastic
Cara membuat :
1. pertama tama siapkan beberapa roti tawar dan angin anginkan dulu kurang lebih selama 1 jam sampai agak kering,setelah itu ambil dan sobek sobek roti rawar menjadi bagian yang kecil kecil kedalam mangkuk masukkan lem dan cat acrilic kemudian ulenin atau aduk aduk sampai bercampur ,masukkan juga jeruk nipis dan minyak goreng seperlunya.ambil dan ulenin dengan kedua tangan.memang pertama tama adonan akan terasa lengket ditangan tetapi semakin lama diulenin adonan akan menjadi kalis atau tidak lengket ditangan dan adonan siap untuk dibentuk
2. pilah pilah adonan menjadi beberapa bagian sesuai dengan warna yang diinginkan,untuk Memberi warna ada dua cara yang pertama member warna setelah bentuk selesai dibuat cara yang kedua ambil adonan dan masukkan cat poster ketengah adonan menggunakan kuas,kemudian ulenin lagi sampai cat merata.
3. apabila semua bagian sudah terbentuk untuk menyatukan bagian perbagian sambungkan dengan menggunakan lem fox,tunggu sampai kering
4. untuk proses finishingnya hasil karya dapat disemprot dengan menggunakan cat semprot clear,atau apabila tidak ada dapat menggunakan lemfox dicampur dengan air.

Selamat mencoba dan berkreasi

9/07/2008

BUDAYA BERPIKIR POSITIF

Setiap manusia tentu dikaruniai akal untuk berpikir,tapi kadang seseorang tidak dapat memanfaatkan akalnya untuk dapat digunakan berpikir secara positif,hal itu tentu dipengaruhi oleh beberapa hal.berpikir merupakan kegiatan akal budi yang sangat aktif mengajukan berbagai pertanyaan dan kemudian meresponnya dengan jawaban jawaban,yang berupa penjelasan,pertimbangan,analisis,kesimpulan,bahkan bisa sebuah keputusan.secara harfiah berpikir positif adalah kegiatan akal budi yang bermanfaat,yang mewujudkan suatu tindakan keputusan atau karya yang berguna tidak untuk diri sendiri,tetapi jugauntuk orang lain.berpikir positif bukanlah suatu yang bekerja secara parsial dalam diri manusia karena berpikir positif hanya tercetus dari budi pekerti yang luhur.melatih diri untuk berprilaku luhur adalah pekerjaan pertama yang harus dilakukan sebagai wadah dari berpikir positif.seseorang yang berbudi luhur adalah juga seseorang yang berpikir positif,artinya seseorang yang senantiasa mempertimbangkan dan memandang setiap hal dari sisi positif,dari sisi baiknya,dari sisi manfaatnya yang lebih banyak dibanding sisi negatifnya.
Sebagai seorang yang baik,seseorang dituntut melakukan sesuatu yang berguna dan bermanfaat tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk orang lain,sebagai tanggung jawab moral dalam kehidupan bermasyarakat.pendidikan formal dan informal memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan kepribadiaan seseorang.melalui pendidikan formal seseorang dapat menumbuhkan benih benih positif yang ada dalam dirinya.pendidikan juga member etika dan bekal moralitas kepada seseorang,keduanya menjadi medium dan unsur yang sangat penting untuk melahirkan kegiatan berfikir positif.pendidikan merupakan factor utama bagi pewarisan nilai nilai luhur bangsa. ( dikutip dari tulisan Ir.Jero wajik,SE )

9/06/2008

COLOUR THEORY

Bambang Sapto Cahyono
Tunas bangsa secondary school
Grade Level:
Middle Year Program, grades 7 and 8

Guiding question:
How can the Elements and principles of Design help me to express myself through the medium of visual art?

Objectives:
· Criteria A-Knowledge & Understanding:
Students acquire knowledge and terminology surrounding color and its significance in art, the art historical period of Fauvism and how it helped shape the arts, and decora naifistis painter widayat
· Criteria B-Application:
Students apply what they have learned and explore media while demonstrating their ability to make decisions and find solutions to open-ended exercises
· Criteria C-Evaluation and reflection:
Students reflect upon, evaluate, assess and appraise the work of decora naifistis painter widayat, their own work, and the work of their peers through individual thought, group discussion, and class critique
· Criteria D-Artistic Awareness and Personal Engagement:
Students accept and incorporate views and feedback from their peers during a class critique, show self-motivation in meeting deadlines, show creativity and problem-solving in their artistic processes, and support and encourage each other during studio and critique time

Areas of Interaction:
· Approaches to Learning—Note taking, listening, questioning, observation, discussion, group work, presenting, problem solving and subject-specific conceptual understanding are all employed in the lesson.
· Homo Faber—Looking at human contributions to the world through art, effective communication both verbally and visually, intentional thought, and the act of creating are all incorporated into this lesson.

Concepts:
·Color
· Primary, secondary, tertiary
· Tints and shades
· Warm and cool colors
Art History
· Naifisme
· decoratif
· widayat painting
Painting
· Color mixing
· Style
· Technique
· Care of materials

Materials and Resources:
Students
· Developmental Workbooks (DW)
· Pencils
· Poster colour
· Acrylic paint
· paper
Teacher
· Color Wheel handout
· Large image of widayat,seniman dekoranaifistis Indonesia (hard copy or digital with projector)
· Hard copies of the happy world of Faisal ( catalog exhibition )
· Acrylic paint
· Brushes (various sizes)
· Formative rubric

Procedure:
Introduction/Instruction (one half class period):
To begin the lesson, the class will discuss elementary color theory using as much questioning and deductive reasoning as possible. Students will take notes in their DWs:
Color wheel
· Primary colors (red, blue, yellow; cannot be made with any other colors)
· Secondary colors (green, orange, violet; made by mixing two primaries)
· Tertiary or Intermediate colors (red-violet, red-orange, yellow-orange, yellow-green, blue-green, blue-violet; made by mixing a primary and a secondary)
Color schemes
· Warm (red, orange, yellow and tertiaries)
· Cool (blue, green, violet and tertiaries)
· Complementary (colors opposite from one another on the color wheel, ex. yellow and violet)
· Analogous (colors next to each other on the color wheel, ex. Green, blue-green and yellow-green)
· Color Triad (colors forming a triangle on the color wheel, ex. red, blue and yellow or blue-green, yellow-orange and red-violet)
· Monochromatic (only one color and its tints and shades)
· Achromatic (black and white only—no colors used)
· Hue
· Value
· Intensity
· Tint
· Shade
· Purity/Strength

Application (three and one half class periods):
Color Wheel activity handout
Using acrylic paint, students will complete a color wheel in which they will mix and paint primary, secondary and tertiary colors, tints and shades into spaces on a pre-fabricated color wheel handout to be pasted into their DW. This will give them experience with color mixing for the next task. For homework or in the library/computer lab, students will research Fauvism and artist Andre Derain. They will put their findings (images, notes, information) in their DWs.

Widayat and faisal collaborative Painting
The next class will begin with a discussion about decoratif and naifistif widayat and faisal based upon the students’ findings. and students will make observations about style, color, subject matter, etc, relating their observations to their prior research. A copy of the painting will be divided into 21color sections (7 across and 3 down, 17x26cm each), and each student will be given a section to enlarge proportionally on poster or illustration board. Here, they will practice painting technique and demonstrate what they have learned about color mixing. When completed, the sections will be assembled to create an enlarged version of London Bridge. (See next page for divided image.)

8/11/2008

SUDUT KOTA JOGJA




Hampir setiap saya pulang kejogja ternyata pasti saja yang baru,mall baru,kampus baru,gedung ini baru gedung itu baru,dan terakhir adalah adanya bus transjogja,memang semua itu menambah jogja menjadi cantik dan rapi,walaupun sekarang ini kemacetan sudah membudaya karena semakin banyaknya kendaraan roda dua dan roda empat yang ada dijogja belum ditambah lagi ,dengan angkutan angkutan umum yang semakin banyak dan semakin gila didalam berlalu lintas.namun ada beberapa sudut kota jogja yang tidak tenggelam dengan gemerlapnnya modernisasi yang tengah melanda kota jogja,diantaranya adalah perempatan kantor pos yang semakin eksotic,benteng venderburg,perempatan tugu jogja,pasar klitikan,pasar ngasem,pasar beringharjo dengan batiknya lembah UGM yang semakin ramai ,kawasan malioboro,jalan solo dan masih banyak lagi tempat tempat yang bisa menjadi tempat untuk bernostalgia dijogja

8/10/2008

OLEH OLEH DARI JOGJA

Festifal Kesenian Yogyakarta & jogja Art fair 2008
Seperti biasanya setiap bulan juni -juli jogja selalu ramai oleh padatnya mobil dan bus baik yang digunakan untuk pribadi maupun rombongan,ya bulan itu merupakan saat liburan bagi siswa siswa sekolah.tidak terkecuali bagiku yang setelah sekitar setengah tahun meninggalkan jogja untuk menjadi seorang pendidik,kesempatan liburan adalah saat saat yang ditunggu tunggu untuk dapat pulang kampung.sebenarnya aku malas untuk pulang kampung membayangkan ribetnya beli tiket dan mebeli oleh oleh. . .he he he. tapi kewajiban dan keinginan untuk dapat bertemu dengan keluargalah yang membuatku untuk balik kejogja.
Setelah beberapa hari dijogja,ada hal yang masih menganjal dibenakku yaitu keinginanku untuk melihat festival kesenian Jogjakarta,saya membayangan bahwa FKY akan lebih baik dan meriah dibandingkan dengan FKY tahun sebelumya,dengan stan yang banyak menampung berbagai industri seni yang ada dijogja,banyak seniman senior yang akan terlibat,dekorasi ruangan yang “nyeni”sampai panggung hiburan yang meriah.semua aku bayangkan dengan wahnya.karena kebetulan selama aku berada dipontianak sangat miskin dan gersang dengan yang namannya kegiatan pameran seni rupa.mungkin saya terlalu muluk muluk membayangkan FKY ini ketika masih dijalan.saya membayangkan FKY akan sangat megah dan meriah.apalagi ketika melihat poster yang sangat besar terpampang didepan benteng venderburg.namun begitu ketika sudah memasuki benteng venderburg tidak ada hiasan hiasan yang menarik,stan didepan yang kosong hanya ada beberapa kafe yang sengaja dibuat dadakan mungkin biar kelihatan “wah”mimpi saya jadi luruh.ternyata FKY sekarang terasa kurang greget dan sangat hambar.bagi yang rajin mengikuti atau melihat pameran seni rupa tidak perlu untuk menjelajah tiap stan yang ada,tidak ada yang akan membuat anda gemas atau berlama lama karena isinya hanya” si ini dan si itu”
Yang mungkin masih dapat menghibur adalah diadakannya JAF ( jogja Art Fair ) yang diadakan di Taman Budaya,kesan wah terlihat dari dekorasi pintu masuk yang dibuat dengan lukisan graffiti yang sangat besar.saya sekali lagi sempat membayangkan JAF merupakan ajang pasar seni yang paling hebat bagi perupa jogja maupun Indonesia ( karena banyak dikuti seniman seniman dari luar jogja )namun ketika sudah masuk dan melihat lukisan lukisan yang “dipamerkan”kembali mimpi saya luruh,ternyata JAF tidak lebih dari pameran pameran digallery.mungkin pengharapan saya terlalu muluk.sangat terasa pengelompokan karya secara visual.simbolisme menjadi ladang pelarian para perupa karena hampir semua seniman yang berpameran menampilkan karyanya dengan gaya simbolisme.banyak perupa yang berkarya mengikuti pasar,bila “pemodal “suka dengan gaya abstrak maka perupa berkarya seni abstak,hingga muncul musim gaya didalam pasar seni rupa,musim surealisme,dekoratif,naifisme,pernah menjadi bintang pasar seni rupa.naifisme yang dulu sangat “dielu eluan”hampir tidak ada karyanya yang dipamerkan.terlepas dari semua itu saya salut dengan keberanian panitia JAF yang berani menampilkan para seniman seniman muda.

oleh oleh dari jogja

5/28/2008

guru ideal

Guru ideal?. . . . itu topik yang bagus untuk dibicarakan. Kita ndak usah muluk-muluk tentang kriteria apa ideal itu. Idealnya si A belum tentu sama dengan ideal si B. jadi dapat dikatakan ideal tergantung dari posisinya masing-masing. Akan tetapi yang namanya ideal ada standarnya. untuk masalah guru nich, kita ikuti aja kata Ki Hajar Dewantara ; Ing ngarso sung tuladha, Ing madya bangun karso, Tut wuri handayani. Tiga hal itu bila dijabarkan akan membawa arahan kita dalam mencapai titik temu memahami seorang guru. Memang secara empirik, idealitas guru tergantung dari konteks, bahkan tergantung dari bagaimana para siswa menilai gurunya karena siswalah user utama yang bisa menilai akan aneka kelebihan yang dimiliki guru. Akan tetapi ada standar normatif. Coba lihat pada UU no 14/2005 mengenai 4 syarat kompetensi guru, serta lihat rumusan dari komisi khusus ditjend Dikti tentang sosok utuh guru profesional. Di sana tertera yakni guru profesional itu: (1) memahami peserta didik, (2) memiliki kemampuan pembelajaran yang mendidik, (3) menguasai bidang studi, dan (4) mampu mengembangkan kemapuan profesionalnya secara berlenajutan. Persoalannya adalah sudahkan kita memiliki hal-hal tersebut? Maka menjadi PR kita bersama bahwa menjadi guru adalah adanya kewajiban untuk selalu meningkatkan mutu diri kita secara berkelanjutan menuju pada sosok guru yang diidealkan oleh semua pihak: sisiwa, teman sesama, orang tua siswa, masyarakat, dan pemerintah. ideal itu adalah guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi terhadap tugasnya sebagai guru, dimana guru tidak hanya sekedar mentransfer materi pelajaran,tetapi guru yang ideal itu tau bagaimana cara membuat siswa-siswanya mengerti terhadap apa yang disampaikan. selain itu, guru yang ideal itu adalah sosok yang bisa menjadi teman (dalam tanda kutip ) bagi para siswanya,yang dapat memahami kondisi siswa-siswanya, sehingga antara guru dan siswa terjalin hubungan yang baik. Dengan hubungan yang baik,otomatis akan tercipta komunikasi yang baik antara siswa dan guru sehingga guru dapat lebih mudah menyelami dunia siswa untuk memberikan pengajaran yang ideal dan dapat mendidik para siswanya untuk menjadi yang lebih baik, karena tugas guru tidak hanya mengajar,tetapi juga mendidik.

GURU IDEAL


Guru ideal?. . . . itu topik yang bagus untuk dibicarakan. Kita ndak usah muluk-muluk tentang kriteria apa ideal itu. Idealnya si A belum tentu sama dengan ideal si B. jadi dapat dikatakan ideal tergantung dari posisinya masing-masing. Akan tetapi yang namanya ideal ada standarnya. untuk masalah guru nich, kita ikuti aja kata Ki Hajar Dewantara ; Ing ngarso sung tuladha, Ing madya bangun karso, Tut wuri handayani. Tiga hal itu bila dijabarkan akan membawa arahan kita dalam mencapai titik temu memahami seorang guru. Memang secara empirik, idealitas guru tergantung dari konteks, bahkan tergantung dari bagaimana para siswa menilai gurunya karena siswalah user utama yang bisa menilai akan aneka kelebihan yang dimiliki guru. Akan tetapi ada standar normatif. Coba lihat pada UU no 14/2005 mengenai 4 syarat kompetensi guru, serta lihat rumusan dari komisi khusus ditjend Dikti tentang sosok utuh guru profesional. Di sana tertera yakni guru profesional itu: (1) memahami peserta didik, (2) memiliki kemampuan pembelajaran yang mendidik, (3) menguasai bidang studi, dan (4) mampu mengembangkan kemapuan profesionalnya secara berlenajutan. Persoalannya adalah sudahkan kita memiliki hal-hal tersebut? Maka menjadi PR kita bersama bahwa menjadi guru adalah adanya kewajiban untuk selalu meningkatkan mutu diri kita secara berkelanjutan menuju pada sosok guru yang diidealkan oleh semua pihak: sisiwa, teman sesama, orang tua siswa, masyarakat, dan pemerintah. ideal itu adalah guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi terhadap tugasnya sebagai guru, dimana guru tidak hanya sekedar mentransfer materi pelajaran,tetapi guru yang ideal itu tau bagaimana cara membuat siswa-siswanya mengerti terhadap apa yang disampaikan. selain itu, guru yang ideal itu adalah sosok yang bisa menjadi teman (dalam tanda kutip ) bagi para siswanya,yang dapat memahami kondisi siswa-siswanya, sehingga antara guru dan siswa terjalin hubungan yang baik. Dengan hubungan yang baik,otomatis akan tercipta komunikasi yang baik antara siswa dan guru sehingga guru dapat lebih mudah menyelami dunia siswa untuk memberikan pengajaran yang ideal dan dapat mendidik para siswanya untuk menjadi yang lebih baik, karena tugas guru tidak hanya mengajar,tetapi juga mendidik.

GURU GALAK


Guru galak?. . . Kedengarannya sangat ekstrim dan Mungkin sebagian siswa akan serempak mengatakan bahwa mereka tidak suka dengan guru yang galak. Padahal tujuan guru itu galak sebenarnya sangat baik yaitu agar murid-murid itu disiplin didalam mengikuti proses belajar mengajar. Tetapi galak itu tidak harus dengan marah dan tindak kekerasan . . . Yah mungkin memang ada murid yang harus dimarah karena perbuatan mereka juga. Guru memang sesekali juga harus marah agar muridnya itu tidak meremehkan..gurunya. Harus dibedakan antara galak sebagai disiplin dengan galak dalam bentuk fisik. Galak untuk disiplin itu contohnya guru memberikan sangsi bagi siswa yang tidak mengerjakan tugas sesuai dengan porsi kesalahan. Memberikan sangsi hanya salah satu cara agar para murid itu tidak mengulangi perbuatannya. Secara umum tujuan dari guru bersifat galak adalah agar muridnya belajar dengan giat dan dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

5/23/2008

WIDAYAT PELUKIS DEKORA NAIFISTIS INDONESIA


Ia dilahirkan di Kutoarjo,jawa tengah pada tahun 1923.menurut sumber yang lebih otentik ternyata widayat dilahirkan pada 2 Maret 1919.mana yang benar,Walahualambisawab.bakat melukis widayat dari kecil sudah kelihatan.setiap sore widayat menunggui Mulyono melukis (mulyono adalah kakak temannya) dan memperhatikan dengan cermat bagaimana mulyono mengayunkan kuasnya,mencampur cat dipalet sampai menggoreskannya dikanvas,semua itu widayat perhatikan dengan seksama.sampai suatu hari widayat beranikan diri untuk meminta sisa cat yang yang telah mulyono gunakan.dan dengan sisa cat itu widayat mencoba coba membuat gambar diatas kertas.kebahagiaan dengan menggambar tersebut terpupuk dari hari kehari.sampai akhirnya widayat tidak bias lepas lagi dari menggambar.
Pada tahun 1950 widayat pergi kejogjakarta dan mendaftar di Akademi Seni Rupa Indonesia dan diterima.selama mengikuti proses perkuliahan widayat banyak mempeoleh bimbingan dari hendra Gunawan.ia dilecut kreatifitasnya untuk dari awal supaya sudah menemukan identifikasi diri didalam melukis.rekan rekan seangkatan widayat sekarang sudah banyak yang menjadi pelukis terkenal diantaranya G.Sidharta,Bagong Kusudiarjo,Abas Alibasyah,Edi Sunaryo,Gambir Anom.
Pada Tahun 1954,Widayat bersama teman temannya mendirikan Pelukis Indonesia Muda,pada tahun 1959 widayat ,sunarto dan kawan kawannya dari ASRI Yogyakarta mendirikan sanggar bambu.Widayat menyelesaikan studinya pada tahun 1954,widayat juga aktif mengikuti pameran baik yang diselenggarakan oleh ASRI maupun pameran diluar ASRI.Widayat banyak mendapat perhatian dan dorongan dari para dosennya di ASRI,terutama sekali dari Hendra Gunawan Dan Kusnadi,dari Kusnadi lah Widayat mendapat rekomendasi untuk dikirim belajar ke jepang.dijepang widayat belajar keramik,gardening,grafis dan seni merangkai bunga atu ikebana.sekembali dari jepang likisan widayat banyak yang berubah .pada tahun 1954 setelah selesai belajar diASRI,widayat diterima sebagai salah seorang pengajar di ASRI yogyakarta.bahkan sejak tahun 1962 sekembalinya dari jepang widayat terpilih sebagai ketua jurusan ruan dalam di ASRI.widayat banyak memperoleh penghargaan dari pemerintah diantaranya pada tahun 1972 widayat menerima ANUGERAH SENI dari pemerintah sebagai pelukis Kontemporer Indonesia.
Widayat termasuk seorang pelukis yang mengalami beberapa macam corak dalam lukisannya,dari corak realisme,semi abstrak,dekoratif,sebagai pelukis widayat termasuk yang mampu menuankan pengalaman estetisnya dalam komponen bentuk,warna,texture,ritme,komposisi dan cerita dalam suatu kesatuan yang harmonis dan seimbang,ia mulai mengedepankan setiappengalaman pribadinya dalam pengendalian manifestasinya lewat bahasa rupa,bentuk,warna dan texture.arti Widayat yang dominan adalah kemampuannya untuk merentang hubungan antara warisan budaya moyangnya,lingkungannya,lingkungan pendidikannya,maupun pengalaman pribadinya,aspirasi dan konsepsi estetisnya secara menyeluruh dan matang.( dikutip dari buku pelukis dekora magis Indonesia,oleh sudarmaji )

I Love Painting

burung enggang,karya Lidya OS,cat minyak diatas kanvas,50cmx60cm

bercengkrama,karya Vellika Wibowo,grade 7,cat minyak diatas kanvas 50cmx60cm


siap bertarung,karya Reinaldo maslim,cat minyak diatas kanvas,50cmx60cm


( lukisan diatas adalah sebagian karya siswaku,Lidya OS,Vellika wibowo,Reinaldo M,semuanya menggunakan media cat minyak diatas kanvas )


Ada yang ditunggu tunggu oleh vellika,lidya dan beberapa murid lainnya setiap hari rabu jam terakhir,bahkan sebelum jam masuk mereka sudah meminta kunci untuk dapat masuk kedalam ruangan seni rupa dimana nantinya mereka akan belajar seni rupa. . . ya jam pelajaran seni rupa bagi sebagian siswa yang senang dengan pelajaran tersebut adalah saat yang sangat mengasyikkan bagi mereka ,dimana mereka dapat belajar dan berkarya seni rupa,melukis membuat patung,belajar membuat komik ataupun membuat karya seni rupa lainnya.bahkan mereka sampai meminta agar pelajaran seni rupa ditambah menjadi tiga jam pelajaran.merekapun merelakan waktu luangnya untuk ikut extra melukis setiap hari jumat sore disekolahan .dari beberapa hasil karya yang telah mereka buat memang kemampuan mereka didalam berkarya seni rupa sangat baik dibandingkan dengan siswa yang lainnya.yah memang setiap anak mempunyai kecerdasan dan kemampuan yang tidak sama.

5/21/2008

my gallery,ajang apresiasi dan kreasi siswa sekolah tunas bangsa


lsuasana kelas ketika siswa sedang mempersiapkan karyanya untuk pameran

My gallery. . . itulah tema yang diambil dalam pameran lukisan yang diadakan oleh Sekolah Tunas Bangsa Pontianak,pameran ini merupakan pameran gabungan dari seluruh elemen yang ada di sekolah Tunas Bangsa,Mulai dari tingkat Taman kanak kanak,SD,SMP maupun para guru khususnya Pak Yan sebagai guru menggambar SD dan saya sendiri sebagai guru seni rupa SMP,yang menarik dari pameran ini adalah semua menggunakan media daur uang yaitu dengan menggunakan kertas bekas kalender hal itu sesuai dengan konsep awal kegiatan “Recycle”.siswa menggambar diatas kertas kalender menggunakan cat poster.semua karya dipajang dihalaman sekolah,tidak kurang ada sekitar 200 karya yang dipamerkan dan dilelang untuk umum,oya pameran ini dibuka ini dibuka oleh bapak LH Kadir wakil Gubernur Kalimantan Barat,dan dihadiri oleh perwakilan dari dinas pendidikan Kalbar,dinas pendidkan Kabupanten Pontianak dan para undangan lainnya serta dimeriahkan atraksi barongsai,pagelaran tari dan lain lain
Dari hasil lelang lukisan sebagian dari hasil penjualan disumbangkan untuk para siswa yang berasal dari sekolah disekitar sekolah tunas bangsa,oya dari sekitar delapan lukisan yang saya ikutkan dalam pameran,alhamdulilah sekitar tujuh lukisan laku terjual,ada dua lukisan yang tidak terjual masing masing denga judul penari bali 1,penari bali 2,padahal menurut saya kedua lukisan itu adalah yang paling bagus,tapi pada kenyatanya justru lukisan yang lainnya malah bisa diapresiasikan dan terjual.
Yah ini semua merupakan kegiatan awal yang menurut kami sebagai panitia masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki agar untuk pelaksanaan pameran berikutnya dapat berjalan dengan lebih baik