Hampir setiap saya pulang kejogja ternyata pasti saja yang baru,mall baru,kampus baru,gedung ini baru gedung itu baru,dan terakhir adalah adanya bus transjogja,memang semua itu menambah jogja menjadi cantik dan rapi,walaupun sekarang ini kemacetan sudah membudaya karena semakin banyaknya kendaraan roda dua dan roda empat yang ada dijogja belum ditambah lagi ,dengan angkutan angkutan umum yang semakin banyak dan semakin gila didalam berlalu lintas.namun ada beberapa sudut kota jogja yang tidak tenggelam dengan gemerlapnnya modernisasi yang tengah melanda kota jogja,diantaranya adalah perempatan kantor pos yang semakin eksotic,benteng venderburg,perempatan tugu jogja,pasar klitikan,pasar ngasem,pasar beringharjo dengan batiknya lembah UGM yang semakin ramai ,kawasan malioboro,jalan solo dan masih banyak lagi tempat tempat yang bisa menjadi tempat untuk bernostalgia dijogja
8/11/2008
8/10/2008
OLEH OLEH DARI JOGJA
Festifal Kesenian Yogyakarta & jogja Art fair 2008
Seperti biasanya setiap bulan juni -juli jogja selalu ramai oleh padatnya mobil dan bus baik yang digunakan untuk pribadi maupun rombongan,ya bulan itu merupakan saat liburan bagi siswa siswa sekolah.tidak terkecuali bagiku yang setelah sekitar setengah tahun meninggalkan jogja untuk menjadi seorang pendidik,kesempatan liburan adalah saat saat yang ditunggu tunggu untuk dapat pulang kampung.sebenarnya aku malas untuk pulang kampung membayangkan ribetnya beli tiket dan mebeli oleh oleh. . .he he he. tapi kewajiban dan keinginan untuk dapat bertemu dengan keluargalah yang membuatku untuk balik kejogja.
Setelah beberapa hari dijogja,ada hal yang masih menganjal dibenakku yaitu keinginanku untuk melihat festival kesenian Jogjakarta,saya membayangan bahwa FKY akan lebih baik dan meriah dibandingkan dengan FKY tahun sebelumya,dengan stan yang banyak menampung berbagai industri seni yang ada dijogja,banyak seniman senior yang akan terlibat,dekorasi ruangan yang “nyeni”sampai panggung hiburan yang meriah.semua aku bayangkan dengan wahnya.karena kebetulan selama aku berada dipontianak sangat miskin dan gersang dengan yang namannya kegiatan pameran seni rupa.mungkin saya terlalu muluk muluk membayangkan FKY ini ketika masih dijalan.saya membayangkan FKY akan sangat megah dan meriah.apalagi ketika melihat poster yang sangat besar terpampang didepan benteng venderburg.namun begitu ketika sudah memasuki benteng venderburg tidak ada hiasan hiasan yang menarik,stan didepan yang kosong hanya ada beberapa kafe yang sengaja dibuat dadakan mungkin biar kelihatan “wah”mimpi saya jadi luruh.ternyata FKY sekarang terasa kurang greget dan sangat hambar.bagi yang rajin mengikuti atau melihat pameran seni rupa tidak perlu untuk menjelajah tiap stan yang ada,tidak ada yang akan membuat anda gemas atau berlama lama karena isinya hanya” si ini dan si itu”
Yang mungkin masih dapat menghibur adalah diadakannya JAF ( jogja Art Fair ) yang diadakan di Taman Budaya,kesan wah terlihat dari dekorasi pintu masuk yang dibuat dengan lukisan graffiti yang sangat besar.saya sekali lagi sempat membayangkan JAF merupakan ajang pasar seni yang paling hebat bagi perupa jogja maupun Indonesia ( karena banyak dikuti seniman seniman dari luar jogja )namun ketika sudah masuk dan melihat lukisan lukisan yang “dipamerkan”kembali mimpi saya luruh,ternyata JAF tidak lebih dari pameran pameran digallery.mungkin pengharapan saya terlalu muluk.sangat terasa pengelompokan karya secara visual.simbolisme menjadi ladang pelarian para perupa karena hampir semua seniman yang berpameran menampilkan karyanya dengan gaya simbolisme.banyak perupa yang berkarya mengikuti pasar,bila “pemodal “suka dengan gaya abstrak maka perupa berkarya seni abstak,hingga muncul musim gaya didalam pasar seni rupa,musim surealisme,dekoratif,naifisme,pernah menjadi bintang pasar seni rupa.naifisme yang dulu sangat “dielu eluan”hampir tidak ada karyanya yang dipamerkan.terlepas dari semua itu saya salut dengan keberanian panitia JAF yang berani menampilkan para seniman seniman muda.
Setelah beberapa hari dijogja,ada hal yang masih menganjal dibenakku yaitu keinginanku untuk melihat festival kesenian Jogjakarta,saya membayangan bahwa FKY akan lebih baik dan meriah dibandingkan dengan FKY tahun sebelumya,dengan stan yang banyak menampung berbagai industri seni yang ada dijogja,banyak seniman senior yang akan terlibat,dekorasi ruangan yang “nyeni”sampai panggung hiburan yang meriah.semua aku bayangkan dengan wahnya.karena kebetulan selama aku berada dipontianak sangat miskin dan gersang dengan yang namannya kegiatan pameran seni rupa.mungkin saya terlalu muluk muluk membayangkan FKY ini ketika masih dijalan.saya membayangkan FKY akan sangat megah dan meriah.apalagi ketika melihat poster yang sangat besar terpampang didepan benteng venderburg.namun begitu ketika sudah memasuki benteng venderburg tidak ada hiasan hiasan yang menarik,stan didepan yang kosong hanya ada beberapa kafe yang sengaja dibuat dadakan mungkin biar kelihatan “wah”mimpi saya jadi luruh.ternyata FKY sekarang terasa kurang greget dan sangat hambar.bagi yang rajin mengikuti atau melihat pameran seni rupa tidak perlu untuk menjelajah tiap stan yang ada,tidak ada yang akan membuat anda gemas atau berlama lama karena isinya hanya” si ini dan si itu”
Yang mungkin masih dapat menghibur adalah diadakannya JAF ( jogja Art Fair ) yang diadakan di Taman Budaya,kesan wah terlihat dari dekorasi pintu masuk yang dibuat dengan lukisan graffiti yang sangat besar.saya sekali lagi sempat membayangkan JAF merupakan ajang pasar seni yang paling hebat bagi perupa jogja maupun Indonesia ( karena banyak dikuti seniman seniman dari luar jogja )namun ketika sudah masuk dan melihat lukisan lukisan yang “dipamerkan”kembali mimpi saya luruh,ternyata JAF tidak lebih dari pameran pameran digallery.mungkin pengharapan saya terlalu muluk.sangat terasa pengelompokan karya secara visual.simbolisme menjadi ladang pelarian para perupa karena hampir semua seniman yang berpameran menampilkan karyanya dengan gaya simbolisme.banyak perupa yang berkarya mengikuti pasar,bila “pemodal “suka dengan gaya abstrak maka perupa berkarya seni abstak,hingga muncul musim gaya didalam pasar seni rupa,musim surealisme,dekoratif,naifisme,pernah menjadi bintang pasar seni rupa.naifisme yang dulu sangat “dielu eluan”hampir tidak ada karyanya yang dipamerkan.terlepas dari semua itu saya salut dengan keberanian panitia JAF yang berani menampilkan para seniman seniman muda.
Langganan:
Postingan (Atom)